Perdebatan Besar Baterai Mobil Listrik: Haruskah Kita Menggunakan Nikel atau LFP?

Apakah LFP atau nikel yang lebih baik untuk baterai mobil listrik? Kamu pasti bertanya-tanya setelah melihat perdebatan wakil presiden kemarin malam, Minggu (21/1). Mereka membahas bahan baterai mentah untuk mobil listrik, membandingkan baterai nikel dengan toto idn play baterai lithium besi fosfat. Daripada ‘mempolitisasi’ baterai mobil listrik, sebaiknya kita fokus pada mana yang lebih baik.

Indonesia memang kaya nikel sebagai bahan mentah baterai mobil listrik. Tapi tren mobil listrik dunia mulai bergeser ke baterai tipe LFP, bukan nikel. Lalu mengapa nikel mulai ditinggalkan? Ada beberapa alasan yang membuat produsen mobil beralih ke baterai LFP. Di Indonesia saja, Wuling dan BYD yang baru masuk sudah pakai LFP. Hyundai masih pakai nikel. Mari kita bandingkan dua jenis baterai ini!

Perdebatan Baterai Mobil Listrik: Nikel vs LFP

  • Baterai lithium-ion dan LFP memiliki komposisi yang mirip, tetapi berbeda dalam hal bahan-bahan yang menyusun katoda dan anodanya.
  • Baterai nikel yang sering digunakan mobil listrik saat ini memiliki densitas energi yang lebih tinggi, artinya dapat menyimpan lebih banyak energi per satuan berat. Namun, baterai LFP lebih tahan lama dan tidak mudah panas.
  • Baterai LFP juga lebih murah diproduksi karena tidak memerlukan nikel dan kobalt yang langka dan mahal. Sebagai gantinya, baterai LFP menggunakan besi fosfat yang lebih tersedia dan ramah lingkungan.
  • Wuling dan BYD memilih baterai LFP karena biaya produksi yang lebih rendah sehingga mereka bisa menjual mobil listrik dengan harga lebih terjangkau. Meski densitas energinya sedikit lebih rendah, baterai LFP masih mencukupi untuk kebutuhan mobil listrik sehari-hari.
  • Kelemahan utama baterai LFP adalah kurang cocok untuk kendaraan yang membutuhkan akselerasi tinggi seperti mobil sport. Baterai nikel masih diperlukan untuk jenis kendaraan seperti itu.
  • Indonesia perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam politisasi baterai mobil listrik. Lebih penting untuk mempertimbangkan keunggulan masing-masing jenis baterai sesuai kebutuhan. Ketersediaan nikel di Indonesia patut dimanfaatkan, tapi tren global ke arah baterai LFP juga perlu diperhitungkan.
  • Pemerintah perlu mendorong riset dan inovasi baterai mobil listrik, baik berbasis nikel maupun LFP, agar Indonesia bisa menjadi pemain utama di industri baterai dunia. Kuncinya, jangan fanatik pada satu jenis baterai saja.

Apa Perbedaan Utama Antara Baterai Nikel Dan LFP?

Baterai Li-ion dan baterai LFP memiliki komposisi yang serupa, namun berbeda dalam hal material yang menyusun katoda dan anodanya.

  • Baterai nikel menggunakan katoda nikel mangan kobalt (NMC) atau nikel kobalt aluminium (NCA). Baterai jenis ini memiliki densitas energi yang tinggi sehingga cocok untuk kendaraan performa tinggi.
  • Sementara itu, baterai LFP menggunakan katoda besi fosfat (LFP) yang lebih murah dan stabil. Baterai LFP cocok untuk kendaraan dengan jarak tempuh lebih panjang karena siklus pengisian dayanya lebih banyak.

Beberapa kelebihan utama baterai LFP dibandingkan baterai nikel:

  • Lebih aman karena risiko kebakaran atau ledakan lebih rendah
  • Lebih awet karena siklus pengisian daya hingga 5000-7000 kali (nikel rata-rata 1000 kali)
  • Lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung kobalt
  • Harga lebih terjangkau

Walaupun densitas energinya lebih rendah, baterai LFP tetap bisa memberikan jarak tempuh yang cukup jauh untuk kebanyakan pengguna mobil listrik. Itu sebabnya banyak produsen beralih ke baterai LFP saat ini.

Mengapa Banyak Produsen Mobil Beralih Ke Baterai LFP?

  • LFP batteries lebih murah diproduksi karena tidak menggunakan bahan mentah seperti nikel dan kobalt yang mahal. Ini membuat mobil listrik dengan baterai LFP lebih terjangkau.
  • Baterai LFP lebih aman karena tidak mudah terbakar atau meledak. Ini sangat penting untuk keselamatan pengemudi.
  • Baterai LFP tahan lama dan awet. Baterai nikel cenderung berkurang kapasitasnya lebih cepat dibanding LFP. Baterai LFP bisa bertahan hingga 10 tahun atau lebih.
  • LFP lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan nikel dan kobalt yang proses penambangannya merusak lingkungan.
  • Baterai LFP juga lebih tahan cuaca panas, sehingga cocok untuk iklim tropis seperti di Indonesia. Tidak mudah rusak meski suhu tinggi.
  • Kapasitas baterai LFP terus meningkat seiring perkembangan teknologi. Kapasitasnya kini sebanding dengan baterai nikel.
  • Baterai LFP juga bisa di-charge lebih cepat dibanding baterai nikel. Ini sangat menyenangkan bagi pengemudi.

Jadi wajar bila banyak produsen beralih ke baterai LFP. Harganya lebih murah, awet, aman, ramah lingkungan, dan kapasitasnya terus meningkat. LFP kini jadi pilihan terbaik untuk mobil listrik masa depan.

Kelebihan Dan Kekurangan Baterai Nikel vs LFP

  • Baterai nikel memiliki kepadatan energi dan efisiensi yang lebih tinggi, sehingga mobil listrik bisa menempuh jarak lebih jauh per pengisian baterai. Namun baterai nikel rentan terhadap overheating dan degradasi cepat.
  • Baterai LFP lebih aman karena tidak mudah terbakar atau meledak. Mereka juga lebih awet dan tahan lama dibandingkan baterai nikel, bisa bertahan 5.000-7.000 siklus pengisian ulang.
  • Walaupun baterai nikel lebih efisien, biaya produksi baterai LFP jauh lebih murah karena menggunakan bahan baku litium dan fosfat yang lebih terjangkau. Ini membuat harga mobil listrik LFP menjadi lebih kompetitif.
  • Baterai nikel membutuhkan sistem pendinginan yang rumit agar tidak overheating. Baterai LFP lebih sederhana dan tidak memerlukan sistem pendinginan khusus.
  • Baterai LFP lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung kobalt dan nikel yang proses penambangannya merusak lingkungan. Baterai nikel membutuhkan tambang nikel yang berdampak buruk bagi lingkungan.
  • Kekurangan baterai LFP adalah densitas energi dan efisiensi yang lebih rendah sehingga mobil listrik LFP umumnya memiliki jarak tempuh lebih pendek per pengisian baterai.
  • Baterai LFP juga kurang optimal bila digunakan di cuaca dingin karena performanya menurun pada suhu rendah. Baterai nikel lebih cocok untuk daerah beriklim dingin.

Secara keseluruhan, baterai LFP dinilai lebih unggul dalam hal keamanan, harga terjangkau, dan ramah lingkungan. Namun baterai nikel masih lebih efisien dalam hal jarak tempuh. Pilihan baterai terbaik bergantung pada kebutuhan dan preferensi masing-masing.

Pertanyaan Yang Sering Diajukan Tentang Perdebatan Bahan Baku Baterai Mobil Listrik

  • Mengapa baterai mobil listrik beralih dari nikel ke LFP?

Ada beberapa alasan mengapa banyak produsen mobil beralih dari baterai nikel ke baterai LFP:

  1. Baterai LFP lebih murah untuk diproduksi karena menggunakan bahan baku yang lebih tersedia.
  2. Baterai LFP juga lebih aman karena risiko kebakaran atau ledakan lebih rendah.
  3. Baterai LFP memiliki siklus pengisian yang lebih baik sehingga awet pemakaian.
  4. Walaupun densitas energinya sedikit lebih rendah, baterai LFP tetap memiliki kapasitas dan ketahanan yang cukup untuk kebanyakan mobil listrik.
  5. Apakah baterai nikel masih dipakai di mobil listrik?

Ya, beberapa produsen seperti Hyundai dan Tesla masih menggunakan baterai nikel karena rasio energi terhadap berat yang lebih tinggi. Namun seiring waktu, diperkirakan semakin banyak produsen akan beralih ke baterai LFP karena harganya lebih terjangkau untuk produksi massal mobil listrik.

  • Apakah Indonesia perlu khawatir soal baterai nikel?

Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena nikel masih dibutuhkan untuk baterai ponsel, laptop, dan aplikasi industri lainnya. Namun memang perlu diantisipasi bahwa kebutuhan nikel untuk baterai mobil listrik ke depannya mungkin tidak sebesar yang diperkirakan semula.

Conclusion

Jadi, mari kita lihat ke masa depan. Sementara nikel masih banyak tersedia, tren dunia menuju penggunaan baterai LFP. Alasan utamanya adalah ketahanan dan biaya yang lebih rendah. Jadi meskipun Indonesia kaya akan nikel, kita harus berpikir jangka panjang tentang baterai mana yang paling cocok untuk mobil listrik. Yang terpenting adalah fokus pada inovasi dan keberlanjutan, bukan politik jangka pendek.